Jumat, 16 Oktober 2015

PENGENALAN DAKWAH SALAF BAGI PEMULA BAG 25

*************
📜🌹 PENGENALAN DAKWAH SALAF BAGI PEMULA🚦
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰✔

📊 BAGIAN 2⃣5⃣

📈 MENGENAL PRINSIP PRINSIP DAKWAH SALAFIYAH 📉

⭐ Ditulis oleh: Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi, Hafizhahulloh

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

👍🏼 Dakwah Salafiyyah adalah dakwah yang mulia lagi suci. Sebuah dakwah (seruan) yang mengajak seluruh umat manusia untuk memahami dan menjalani agama Islam sebagaimana para shahabat Rasulullah Sholallahu 'Alaihi Wassalam (As-Salafush Shalih) -yang merupakan generasi terbaik umat ini- memahami dan menjalaninya. Dakwah ini menyeru untuk mengikuti prinsip-prinsip mereka dalam berilmu, beramal, berjihad, berhubungan dengan penguasa, beramar ma’ruf dan nahi mungkar, bermasyarakat dan berbagai aktivitas kehidupan lainnya.

☝🏼 Setiap pribadi muslim hakekatnya sangat butuh untuk mengenal dan berprinsip dengan prinsip para shahabat. Dan semakin besar nilai kebutuhan itu ketika Allah Subhanahu wa ta'ala meridhai dan menjamin kesuksesan bagi orang-orang yang meneladani dan mengikuti jejak mereka.

🔅 Mungkin di antara para pembaca ada yang tidak sabar, seraya bergumam: “Seperti apakah prinsip mereka itu? Kami ingin segera mengenalnya dan berprinsip dengannya, agar berbahagia di dunia dan di akhirat.”

📃 Para pembaca, bila demikian keadaan-nya maka perhatikanlah prinsip-prinsip dakwah Salafiyyah berikut ini dengan seksama -semoga petunjuk Allah Subhanahu wa Ta'ala selalu mengiringi kita semua-:

🔢 Berikut ini Prinsip prinsip Dakwah Salafiyah.:

~~~~~~~~~~

■● Prinsip pertama..:

1⃣.  BERIMAN KEPADA ENAM RUKUM IMAN.
-----

⊙● 1·  Iman kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala··

Yaitu meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala satu-satunya Pencipta, Pengatur dan Pemilik alam semesta beserta semua isinya (tauhid ar-rububiyyah). Dialah satu-satunya Dzat yang berhak diibadahi, tiada sekutu bagi-Nya (tauhid al-uluhiyyah). Dia Maha memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang mulia lagi sempurna (tauhid al-asma` was shifat).

🔹 Setiap nama dan sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang terdapat di dalam Al-Qur`an dan hadits Rasulullah Sholallahu 'Alaihi Wassalam yang shahih, maka harus ditetapkan dan diartikan sesuai dengan makna asalnya tanpa diubah dan diseleweng-kan kepada arti lainnya, dan tanpa memba-yangkan hakekatnya.

🔸Adapun hakekat dari itu semua, maka sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya, tidak sama dengan sifat makhluk-Nya, dan hanya Allah Azza wa Jalla yang Maha Mengetahui hakekatnya. Dia beristiwa` (berada di atas) ‘Arsy, bukan di mana-mana. Sedangkan ilmu dan pengawasan-Nya meliputi segala sesuatu, tidak ada sesuatu pun yang terluput dari-Nya. Semua yang dikehendaki-Nya pasti terjadi dan semua yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Tidak ada yang menyerupai-nya, dan Dia tidak menampakkan diri-Nya di dunia..

-----------

⊙● 2.  Iman kepada para malaikat Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Yaitu meyakini bahwa para malaikat itu benar-benar ada dan berfisik. Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan mereka dari cahaya, dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya dan menjalankan segala tugas yang dibebankan kepada mereka.

-----------

⊙● 3. Iman kepada kitab-kitab Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Yaitu meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menu-runkan kitab-kitab suci kepada beberapa Rasul-Nya sebagai petunjuk bagi umat manusia. Di antaranya; Zabur yang diturun-kan kepada Nabi Dawud alahissalam, Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa alaihissalam, Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa alaihissalam dan Al-Qur`an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Sholallohu 'alaihi wassalam.

📖 Kitab suci yang paling mulia adalah Al-Qur`an, ia merupakan Kalamullah (firman Allah Azza wa Jalla) bukan makhluk.

💥 Sungguh sesat kelompok Jahmiyyah dan Mu’tazilah yang menyatakan Al-Qur`an itu makhluk. Demikian pula Asy’ariyyah dan sejenisnya yang menyatakan bahwa kandungannya saja yang kalamullah, sedangkan hurufnya adalah makhluk. Barangsiapa mengatakan bahwa Al-Qur`an itu makhluk maka dia telah kafir.

----------

⊙●. 4.  Iman kepada para rasul (utusan) Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Yaitu meyakini kebenaran semua nabi dan rasul yang diutus Allah kepada umat manusia, baik yang namanya disebutkan oleh Allah ataupun yang tidak disebutkan. Tidak boleh berlebihan di dalam memuliakan mereka dan tidak boleh pula melecehkan mereka. Semuanya adalah hamba Allah, yang Allah muliakan sebagai pengemban risalah-Nya kepada umat manusia.

⭐ Mereka diutus kepada umatnya masing-masing, kecuali Rasulullah Sholallahu 'Alaihi Wassalam yang diutus kepada seluruh umat manusia hingga hari kiamat. Beliau Sholallahu 'Alaihi Wassalam adalah nabi terakhir yang diutus Allah di muka bumi ini. Barangsiapa meyakini adanya nabi setelah beliau Sholallahu 'Alaihi Wassalam, maka dia telah kafir.

----------

⊙●. 5. Iman kepada hari kiamat.

Yaitu meyakini semua yang diberitakan Allah Subhanahu wa Ta'ala
dan Rasul-Nya  tentang segala peristiwa setelah kematian; seperti adanya adzab dan nikmat kubur, adanya pertanyaan dua malaikat di kubur, dibangkitkannya umat manusia dari kuburnya (hari kiamat) dan dikumpulkan di padang mahsyar dalam keadaan tidak berpakaian, tidak berkhitan dan tidak beralas kaki.

Adanya hisab atas segala apa yang telah dikerjakan di dunia, adanya timbangan amalan, pemberian catatan amal dengan tangan kanan bagi yang diridhai Allah dan dengan tangan kiri bagi yang dimurkai Allah, setiap hamba akan berdialog langsung dengan Allah tanpa penerjemah, adanya jembatan di hari kiamat yang lebih tipis dari helai rambut manusia, adanya telaga Rasulullah Sholallahu 'Alaihi Wassalam di hari kiamat.

Adanya syafaat Rasulullah Sholallahu 'Alaihi Wassalam, para nabi dan rasul lainnya, para malaikat serta orang-orang yang beriman (dan tidaklah bermanfaat satu syafaat pun bagi orang kafir dan musyrik selain syafaat kubra Rasulullah Sholallahu 'Alaihi Wassalam di padang mahsyar yang berkaitan dengan penyegeraan hisab), keyakinan bahwa jannah (surga) dan naar (neraka) telah diciptakan oleh Allah dan sudah ada saat ini.

Keyakinan bahwa orang-orang beriman akan melihat Allah  pada hari kiamat -dengan demikian jelasnya- tanpa berdesak-desakan (ketika melihat-Nya), serta keyakinan bahwa kematian didatangkan pada hari kiamat dalam bentuk kambing gemuk lalu disembelih di antara jannah dan naar, sehingga masing-masing dari penduduk jannah dan naar tidak lagi mengalami kema-tian, dan secara berkesinambungan akan merasakan balasan yang setimpal, baik berupa nikmat ataupun adzab.

-----------

⊙● 6.  Iman kepada takdir Allah Subhanahu wa Ta'ala

Yaitu meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini merupakan ketentuan (takdir) dari Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak ada sesuatu pun yang terluput dari-Nya baik yang telah,  sedang, ataupun yang akan terjadi.

Semua kejadian itu telah ditentukan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan telah dicatat pula dalam Al-Lauhul Mahfuzh. Segala sesuatu yang terjadi berupa kebaikan dan keburukan, keimanan dan kekafiran, ketaatan dan kemaksiatan, semua-nya atas kehendak Allah Subhanahu wa Ta'ala takdir-Nya dan penciptaan-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala mencintai kebaikan, keimanan dan ketaatan tersebut sebagai-mana Dia membenci keburukan, kekafiran dan kemaksiatan. Setiap hamba Allah mempunyai kemampuan, pilihan, dan kehendak untuk melakukan suatu perbuatan baik dari jenis ketaatan maupun kemaksiatan, namun itu semua mengikut kepada keinginan dan kehendak Allah Subhanahu wa Ta'ala.

🔥 Tidak seperti Jabriyyah yang mengatakan bahwa seorang hamba dipaksa dalam berbuat dan dia tidak mempunyai kemampuan, pilihan dan kehendak sama sekali.

💥 Tidak pula seperti Qadariyyah yang mengatakan bahwa seorang hamba mempunyai kehendak mutlak atas semua perbuatannya, seorang hambalah yang menciptakan perbuatan dirinya (bukan atas takdir Allah), sehingga keinginan dan kehendak seorang hamba sama sekali tidak terkait dengan keinginan dan kehendak Allah.

📜 Allah Subhanahu wa Ta'ala telah membantah dua kelompok sesat tersebut dalam sebuah firman-Nya:

“Dan kalian tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali jika dikehendaki Allah, Rabb semesta alam.”(At-Takwiir: 29)

👉🏼 Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta'ala menetapkan adanya kehendak bagi hamba, sebagai bentuk bantahan terhadap Jabriyyah. Dan Allah  jadikan kehendak hamba itu mengikut kepada kehendak Allah sebagai bentuk bantahan terhadap Qadariyyah.

===================

📱 Dinukil dan dirangkum dari.: Majalah Asy-Syariah Edisi 019.

📊 BERSAMBUNG IN SYAA ALLAH KE BAGIAN 2⃣6⃣

📜✏ WA PECINTA AL-HAQ
➖➖〰〰〰〰〰〰➰✔

Tidak ada komentar:

Posting Komentar